Sabtu, 14 Januari 2017

Thinks Like Sir Sherlock Holmes

Sherlock Holmes

Sherlock Holmes dikenal sebagai detektif genius, tetapi kebanyakan orang dapat melatih pikiran mereka untuk berpikir seperti tokoh terkenal ciptaan Sir Arthur Conan Doyle tersebut hanya dengan meniru cara Sherlock berperilaku. Ajari diri Anda melakukan pengamatan yang lebih baik dan untuk menganalisis pengamatan itu dengan lebih efektif. Apabila Anda ingin tantangan yang lebih besar, bangun juga sebuah "istana pikiran" atau "loteng pikiran" untuk menyimpan informasi.


Bagian1
Lihat dan Amati

  1. 1
    Pahami perbedaan antara melihat dan mengamati. Watson melihat, tetapi Holmes mengamati. Pada dasarnya, Anda mungkin memiliki kebiasaan melihat sekeliling tanpa memproses informasi dasar. Mengamati detail lengkap dari suatu keadaan adalah langkah pertama yang Anda butuhkan bila ingin berpikir seperti Sherlock Holmes.
  2. 2
    Fokus dan terlibat sepenuhnya. Anda harus mengetahui batasan Anda sendiri. Otak manusia tidak dirancang untuk mengerjakan banyak hal yang rumit dalam satu waktu. Apabila Anda benar-benar ingin melakukan pengamatan yang berarti, Anda tidak bisa terlibat dalam terlalu banyak aktivitas dalam satu waktu karena itu bisa menghalangi pikiran Anda untuk berpikir.
    • Terlibat dalam pengamatan memungkinkan pikiran untuk bertahan lebih lama dan melatihnya untuk memecahkan masalah dengan lebih efektif dan efisien.
    • Terus terlibat sebenarnya merupakan salah satu aspek paling mudah dari pengamatan. Yang Anda butuhkan hanyalah fokus pada yang ada di depan mata. Ketika Anda melakukan pengamatan, perhatikan hanya apa yang Anda amati. Setel telepon genggam Anda dalam pengaturan tanpa suara dan jangan biarkan pikiran Anda melayang pada email yang harus ditulis atau komentar Facebook yang Anda baca satu jam lalu.
  3. 3
    Selektif[1]. Bila Anda mencoba mengamati semua hal yang Anda lihat dalam detail penuh, Anda akan lelah dan kewalahan dalam waktu singkat. Anda perlu belajar mengamati lingkungan sekitar, tetapi Anda juga harus selektif mengenai apa saja yang harus diberi perhatian fokus.
    • Kualitas selalu lebih dihargai daripada kuantitas. Anda harus belajar cara mengamati sesuatu secara menyeluruh, tidak hanya mengamati lebih banyak.
    • Hal pertama yang harus dilakukan dalam satu situasi adalah mengukur area mana yang vital dan mana yang tidak penting. Ini memerlukan latihan, dan tidak banyak cara lain lagi untuk mengasah kemampuan Anda membedakan yang penting dan yang tidak.
    • Begitu Anda menentukan aspek mana saja yang penting, Anda harus mengamatinya sampai ke detail terkecil.
    • Jika area yang Anda amati tidak memberi detail yang Anda butuhkan, Anda mungkin perlu melebarkan bidang pengamatan secara perlahan pada aspek lain dari situasi yang sebelumnya Anda tentukan sebagai tidak penting.
  4. 4
    Objektif. Secara alami, manusia cenderung memiliki bias dan prasangka yang memengaruhi cara mereka memandang segala sesuatu. Namun, apabila Anda ingin menghasilkan pengamatan yang berarti, Anda harus mengabaikan bias ini dan bersikap objektif selama Anda mengamati sekitar.
    • Otak sering menganggap apa yang ingin dilihatnya sebagai fakta, padahal sebenarnya, itu hanya persepsi. Namun, begitu otak merekam sesuatu sebagai fakta, sulit untuk menyadari yang sebaliknya. Anda harus fokus untuk menjadi objektif ketika mengamati sehingga tidak mencemari sekumpulan informasi yang sudah ada.
    • Harap diingat bahwa mengamati dan deduksi adalah dua bagian yang berbeda dari proses ini. Ketika Anda mengamati, Anda tidak melakukan apa pun selain mengamati. Anda hanya bisa membuat penilaian informasi yang dikumpulkan pada tahap deduksi.
  5. 5
    Buat pengamatan inklusif. Jangan hanya memerhatikan apa yang Anda lihat. Pengamatan Anda harus menyertakan catatan mental dan indra lainnya, termasuk pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan.
    • Fokus menyesuaikan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Anda akan sangat bergantung pada tiga indra ini dan ketiganya paling bisa diandalkan. Setelah Anda bisa menggunakan ketiga indra ini dengan objektif, lanjutkan dengan sentuhan dan rasa.
  6. 6
    Meditasi[2]. Satu cara praktis untuk melatih dan mengembangkan kemampuan untuk mengamati adalah meditasi selama lima belas menit setiap hari. Meditasi dapat membuat pikiran Anda tetap tajam dan membantu memperkenalkan Anda dengan konsep fokus sepenuhnya pada lingkungan sekitar.
    • Anda tidak perlu melakukan usaha lebih untuk meditasi. Yang Anda butuhkan hanyalah menghabiskan beberapa menit sehari untuk menutup diri dari gangguan dan membangun kemampuan untuk fokus. Anda bisa fokus pada satu gambaran spesifik dalam pikiran, atau Anda bisa fokus pada gambaran eksternal selama meditasi. Gagasan utamanya adalah memastikan bahwa apa pun itu mendapatkan fokus Anda.
  7. 7
    Tantang diri Anda. Teka teki harian, mingguan, atau bulanan dapat membantu Anda menajamkan kekuatan mengamati. Beri diri Anda misteri untuk dipecahkan, tetapi pastikan bahwa misteri tersebut memerlukan kekuatan pengamatan penuh.
    • Satu tantangan sederhana yang bisa Anda beri pada diri sendiri adalah mengamati sesuatu yang baru setiap hari. Misalnya, ambil satu gambar sehari dari perspektif yang berbeda. Fokuslah mengambil gambar yang menunjukkan perspektif baru dari lokasi sehari-hari.
    • Memerhatikan orang lain adalah tantangan kuat namun sederhana yang bisa Anda beri pada diri sendiri. Mulailah dengan detail sederhana, seperti pakaian yang dikenakan seseorang atau cara berjalan orang tersebut. Nantinya, pengamatan Anda harus memasukkan detail mengenai bahasa tubuh dan tanda-tanda tingginya emosi yang spesifik .
  8. 8
    Buat catatan. Meskipun Sherlock Holmes tidak perlu membawa-bawa buku catatan dan pulpen, tetapi selagi Anda berusaha mengembangkan kekuatan pengamatan, catatan akan sangat bermanfaat. Pastikan catatan yang Anda buat cukup mendetail sehingga Anda bisa mengingat berbagai penglihatan, suara, dan aroma dari satu situasi.
    • Proses membuat catatan memaksa pikiran Anda untuk memerhatikan situasi dalam detail. Harapannya, Anda akan mencapai poin di mana catatan tersebut tidak lagi penting. Namun untuk permulaan, aktivitas ini bisa membantu mengarahkan pikiran Anda untuk mengamati alih-alih hanya melihat.

Bagian2
Kembangkan Kemampuan Deduktif

  1. 1
    Ajukan pertanyaan. Pandang semua hal dengan skeptisisme sehat dan terus pertanyakan apa yang Anda lihat, pikir, dan rasakan. Daripada melompat pada jawaban yang paling jelas, uraikan setiap dilema menjadi lebih banyak pertanyaan, jawab setiap pertanyaan tersebut sehingga Anda sampai pada solusi yang paling menyeluruh.
    • Anda juga harus mempertanyakan setiap informasi yang Anda kumpulkan sebelum menyimpannya dalam pikiran. Tanyakan pada diri sendiri mengapa informasi tersebut cukup penting untuk diingat atau bagaimana informasi itu berhubungan dengan apa yang sudah Anda ketahui.
    • Dalam rangka menanyakan pertanyaan penting, Anda juga perlu mendidik diri sendiri dengan baik. Pemahaman menyeluruh dari apa yang dibaca dan dasar pengetahuan yang solid akan sangat membantu. Pelajari topik-topik penting, eksperimen pada masalah yang menyita rasa ingin tahu, dan buat jurnal untuk melacak pola pikiran Anda. Semakin banyak yang diketahui, Anda akan semakin mampu mempertanyakan hal yang benar-benar penting.
  2. 2
    Ketahui perbedaan antara mustahil dan tidak mungkin. Karena sifat manusia, Anda mungkin tergoda untuk menyingkirkan kemungkinan bila tampak tidak mungkin atau mustahil. Namun, kemungkinan ini harus diizinkan. Hanya yang mustahil – yang tidak akan benar bagaimanapun caranya – boleh disingkirkan sepenuhnya.
  3. 3
    Buka pikiran. Sama seperti Anda harus membuang bias lama ketika mengamati suatu situasi, Anda juga harus membuang bias ketika menganalisis situasi. Hal-hal yang hanya Anda rasakan tidak mempunyai bobot seberat apa yang Anda ketahui atau simpulkan. Intuisi memang memiliki tempat, tetapi Anda harus menyeimbangkan intuisi dengan logika.
    • Hindari membuat teori apa pun sebelum Anda memiliki bukti. Jika Anda membuat kesimpulan sebelum mengumpulkan dan menganalisis semua fakta, Anda akan mencemari proses berpikir dan akan lebih sulit membentuk solusi yang akurat.
    • Anda harus belajar memutar teori untuk mencocokkannya dengan fakta dan bukan sebaliknya. Kumpulkan fakta dan buang semua gagasan atau teori yang mungkin tidak cocok dengan fakta tersebut. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan yang hanya ada dalam teori tetapi tidak ada dalam fakta, khususnya bila Anda tergoda membuat kesimpulan sangat sederhana untuk mencocokkan dengan teori sebelumnya.
  4. 4
    Bicara dengan rekan tepercaya[3]. Meskipun Sherlock Holmes terkenal genius, kecerdasannya mungkin agak pincang bila tidak ada Dr. John Watson yang membangkitkan idenya. Jadi temukan seorang teman atau rekan yang kecerdasannya Anda percayai dan diskusikan pengamatan dan kesimpulan Anda dengan orang itu.
    • Penting bagi Anda untuk memperbolehkan rekan tersebut membentuk teori dan kesimpulan tanpa menyingkirkan informasi yang sudah Anda tahu kebenarannya.
    • Bila diskusi Anda membawa ide-ide baru yang mengubah teori, biarkan itu terjadi. Jangan biarkan gengsi menghalangi Anda dari kebenaran.
  5. 5
    Beri pikiran Anda istirahat[4]. Pikiran Anda akan lelah bila terus disetel dalam pengaturan “Sherlock”. Bahkan detektif hebat itu sendiri beristirahat selama kasus yang sangat melelahkan. Membiarkan pikiran Anda beristirahat sebenarnya dapat meningkatkan kemampuannya untuk membentuk kesimpulan yang akurat dalam jangka panjang.
    • Fokus terlalu intens pada satu masalah dapat membuat pikiran lelah, dan sebagai hasilnya, kemampuannya untuk memproses informasi akan berkurang. Beri pikiran Anda kesempatan untuk rileks dan biarkan ia membuat koneksi bawah sadar yang stabil, jadi ketika Anda kembali pada masalah itu, Anda mungkin menyadari rentetan jelas pemikiran yang tidak Anda lihat sebelum istirahat.

Bagian3
Bangun Istana Pikiran

  1. 1
    Ketahui manfaat memiliki istana pikiran. “Istana pikiran” atau “loteng pikiran” memungkinkan Anda untuk mengatur informasi dengan cara yang membuatnya mudah diakses dan mudah diingat. Holmes menggunakan teknik ini, tetapi konsep itu sendiri kembali pada masa jauh sebelumnya[5].
    • Secara resmi, teknik ini disebut "Metode Loci," dengan loci merujuk pada bahasa Latin bentuk jamak untuk "lokasi." Istilah ini mengacu jauh ke masa Yunani dan Romawi kuno.
    • Fakta dan informasi diingat dengan mengasosiasikannya dengan lokasi fisik spesifik.
  2. 2
    Bangun ruang Anda. Pilih gambaran yang dapat Anda visualisasikan dengan jelas dengan detail lengkap dalam pikiran. Tempat yang Anda pilih untuk istana pikiran bisa merupakan tempat yang Anda ciptakan sendiri atau tempat yang pernah Anda kunjungi.
    • Ruang yang lebih besar akan lebih baik karena Anda bisa menyimpan lebih banyak informasi. Contoh, apabila Anda membayangkan istana, Anda bisa menempatkan ruang terpisah untuk setiap area disiplin atau subjek.
    • Apabila Anda memilih tempat yang sungguh ada di dunia nyata, pastikan Anda mengenal tempat itu dengan cukup baik untuk memvisualisasikannya dalam detail lengkap.
  3. 3
    Petakan sebuah rute. Bayangkan diri Anda bergerak di sekitar istana pikiran. Rute itu harus sama setiap kali, dan Anda harus berlatih menjalani rute tersebut cukup sering sehingga menjadi alami bagi Anda.
    • Setelah Anda mengatur rute, Anda harus mengidentifikasi penanda sepanjang rute itu. Misalnya, Anda mungkin membayangkan setengah lusin kursi atau serangkaian lampu di sepanjang lorong, atau Anda bisa mengidentifikasi setiap perabotan dalam ruang makan atau kamar tidur. Habiskan waktu di setiap titik sepanjang rute dan definisikan penanda tersebut sebanyak mungkin.
    • Bahkan seandainya Anda tidak mempunyai keperluan dalam istana pikiran, Anda harus menyisihkan waktu secara mental untuk berjalan-jalan di sekitarnya. Pertahankan detail dan rute yang persis sama setiap kali. Anda harus membuat tempat itu tampak senyata mungkin bagi Anda seperti tempat yang benar-benar ada dalam dunia nyata.
  4. 4
    Tempatkan benda-benda kunci di sepanjang rute tersebut. Setelah Anda tahu cara berjalan-jalan di seluruh istana pikiran, Anda harus mulai mengisi informasi di sepanjang rute yang Anda jalani. Tempatkan gambaran informasi dalam lokasi spesifik. Seperti sebelumnya, latihlah berjalan di sepanjang rute dan nilai informasi di dalamnya sesering mungkin supaya Anda terbiasa dengan tindakan itu.
    • Gunakan detail yang Anda tetapkan sebelumnya ketika menempatkan informasi dalam berbagai bagian istana pikiran. Misalnya, bila Anda membayangkan lampu di sudut ruangan, Anda mungkin akan menggambarkan satu orang kunci menyalakan lampu itu dalam rangka mengingat detail yang berkaitan dengan orang tersebut.
    • Buat detail yang spesifik dan tidak biasa. Pikiran akan lebih mudah mengingat sesuatu yang aneh daripada sesuatu yang terlalu normal atau biasa.

Polisi Harus Berkemampuan Detektif


Apa itu detektif? Dalam pemahaman saya---mungkin tidak persis betul---detektif adalah pekerjaan memecahkan suatu kasus atau masalah yang belum terungkap, menggunakan metode sistematis dan terencana, mendasarkan pada bukti-bukti yang ada, dan merangkainya menjadi suatu fakta yang utuh, dan bisa dipertanggungjawabkan. Bila kita berhasil menemukan jawaban dari masalah masalah/kasus secara tidak sengaja, dan kita tidak bisa memperdebatkannya, maka sulit dikatakan itu sebagai hasil kerja detektif.

Ketika kita mengerjakan soal Matematika di sekolah dahulu, dimana ada sebuah fakta-fakta, dan kita diminta menemukan jawabannya, merupakan contoh sederhana memecahkan sesuatu dengan prinsip-prinsip seorang detektif. Kita harus menguji, menggunakan metode ilmiah, dan hasilnya bisa diuji ulang, dan dipertanggungjawabkan. Kalau kita menjawab soal Matematika hanya menulis jawaban---dari contekan teman---tapi kita tidak bisa membuktikan darimana jawaban itu ada, maka itu bukan pekerjaan dengan prinsip detektif. Seperti seorang detektif yang langsung menunjuk tersangka sebagai pelaku; maka ia bisa dipecat dari pekerjaannya, bahkan bisa digugat balik!

***

Menjadi detektif, atau lebih tepatnya, mempelajari keahlian detektif, bisa dilakukan siapa saja, tanpa mengenal usia. Ilmu atau keahlian detektif ini bahkan akan sangat bermanfaat, untuk membantu pekerjaan kita. Pekerjaan sebagai pengacara, auditor, atau wartawan! Atau apapun, termasuk ibu rumah tangga. Suatu saat kita ingin tahu, apakah tumpukan surat kita di meja dipindahkan orang atau tidak; apakah lemari kita dibuka orang lain secara diam-diam; apakah anak kita berbohong atau tidak, bahkan juga mengorek keterangan orang lain tanpa orang itu menyadarinya.

Keahlian detektif seseorang, akan semakin meningkat seiring pengalaman memecahkan persoalan. Teknologinya pun semakin baik, dan setiap orang yang memiliki minat kuat dalam masalah detektif, akan terus mencari teknik-teknik baru, metode baru, yang lebih baik dan cepat.

Keahlian detektif, misalnya, meliputi:

Kemampuan daya ingat, meskipun dengan pandangan sekilas. Ini antara lain berguna ketika kita menemui kasus tabrak lari, dan nomor polisi kendaraan menjadi fakta penting. Selain itu juga disertai kemampuan memanggil kembali ingatan yang lama;

Kejelian dan cermat terhadap hal-hal detil. Sherlock Holmes adalah 'pakar' dalam detil dan kecermatan---dengan catatan, jika Holmes itu sosok yang nyata. (Tetapi saya meyakini Holmes itu nyata!). Dalam setiap memecahkan masalah, Sherlock Holmes selalu melakukan observasi---pengamatan langsung di lapangan. Contoh lain, dalam kasus Saksi Bisu, Hercule Poirot pernah hampir buntu menghadapi kasusnya. Baru setelah ia mereview kembali, dan mengingat detilnya, ia berhasil menemukan pelaku pembunuhan. Bagi yang ingin tahu apa detilnya, silakan baca bukunya. Kata kuncinya adalah anjing dan bola. :p

Kemampuan meng-interogasi. Semakin tinggi kemampuan interogasi yang dimiliki seseorang, ia akan mudah mengorek fakta, 'fakta' palsu, atau keterangan dari seseorang---tanpa orang itu menyadarinya. Kemampuan ini juga beriringan dengan keahlian menggunakan teknik pembuktian terbalik dalam menginterogasi seseorang. “Pandai-pandailah memancing pertanyaan dengan fakta yang salah, maka ia akan memberikan fakta sebenarnya”. Memang tidak selalu berhasil, tetapi bisa dicoba.

Kemampuan bernegosiasi. Ini masih berkaitan dengan kemampuan meng-interogasi. Kemampuan bernegosiasi sangat penting, dalam praktik-prakti di lapangan, dimana dibutuhkan keberanian menembus kebekuan seseorang, menghadapi orang keras kepala, dan sebagainya.

Pengetahuan terhadap hukum perundang-undangan yang berlaku.

Kemampuan menganalisa. Ini penting untuk menguji kebenaran fakta---baik fakta benda atau fakta lisan. Detektif yang baik tidak pernah berangkat dari titik motif; selalu harus dari fakta-fakta. Sherlock Holmes mengajari kita bagaimana metode ilmiah (scientific method, metode eliminasi atau eksklusi, mempersempit pencarian, dan mempermudah memecahkan masalah. Memang membingungkan, apakah Holmes itu 'ilmuwan yang nyasar jadi detektif', ataukah 'detektif dengan sambilan ilmuwan'? Dalam suatu kisahnya, Holmes menulis artikel tentang tanaman atau obat-obatan di sebuah jurnal. Dengan pikiran yang sangat logis, Holmes bisa disebut seorang matematikawan. Dengan percobaan-percobaannya di laboratorium, Holmes juga bisa disebut fisikawan atau kimiawan. Ada penemuannya yang dipakai kepolisian Scotland Yard.

Metode eliminasi atau eksklusi, maksudnya dengan menyingkirkan hal-hal yang sudah pasti mustahil---setelah diuji dengan fakta dan observasi. Hercule Poiro mengajari kita bagaimana memecahkan masalah dengan metode kesimpulan deduksi. Untuk meningkatkan kemampuan analisa, ada banyak hal yang harus dipelajari---tidak hanya metode deduksi, induksi, atau kombinasi keduanya. Ada pula metode analisa yang diperkenalkan Rene Descartes, yang dikenal dengan Analisa Cartesian, dan sebagainya. Anda bisa mempelajarinya dari internet atau buku-buku yang ada.

Kemampuan penting lainnya, diantaranya teknik penyamaran, teknik mengikuti/membuntuti seseorang, teknik melacak/tracking, maupun pengetahuan forensik sederhana dalam kasus kriminal. Contoh pengetahuan forensik sederhana; seseorang yang ditemukan meninggal dengan leher membiru, dipastikan meninggal kehabisan nafas.

Pengungkapan Kasus Perampokan Pulomas

Kepolisian melalui Polda Metro Jaya menyatakan telah berhasil menangkap tiga orang tersangka pembunuhan di Pulomas, Jakarta Timur (28/12/2016).
Sangat menarik jika menyimak begitu cepatnya para anggota kepolisian berhasil menentukan sekaligus melacak posisi pelaku.
Pertanyaan paling umum yang muncul adalah “bagaimana cara polisi menyelidiku kasus kejahatan untuk kemudian menentukan dan menangkap pelakunya?”
Ketika kejahatan terjadi, polisi harus menentukan siapa yang melakukan hal itu sehingga pelaku dapat dituntut dan diadili.
Tapi bagaimana polisi menyelidiki kejahatan-kejahatan ini?
Kejahatan sedang berlangsung
Begitu polisi menerima panggilan kejahatan sedang berlangsung, mereka mengirim petugas ke tempat kejadian perkara (TKP) secepat mungkin.
Petugas mungkin dapat menangkap pelaku kriminal di tempat kejadian.
Sebelum meninggalkan TKP, polisi akan melakukan investigasi dengan mengambil gambar dan mengambil benda yang mereka pikir terhubung ke bukti kejahatan.
Hampir semua orang yang berada di tempat kejadian akan menulis laporan, termasuk pengamatan pribadi mereka, nama-nama dan informasi kontak dari setiap saksi yang potensial, dan setiap item yang mereka ambil dari tempat kejadian.
Kejahatan yang belum terpecahkan
Jika kejahatan tidak dilihat langsung dan terutama serius atau rumit, polisi dapat menetapkan kasus untuk berstatus penyidikan yang dipimpin oleh seorang kepala penyidik. Polisi juga bisa bekerja sama dengan pihak lain, semisal detektif.
Dia kemudian akan mengelola tim penyidik untuk mengembangkan daftar tersangka dan menemukan pelaku yang sebenarnya.
Detektif dapat mengumpulkan bukti forensik, seperti sidik jari, darah, atau air liur yang ditemukan di TKP dan mengirimkannya ke laboratorium untuk analisis.
Dia juga bisa berbicara dengan saksi untuk mencoba mengumpulkan fakta tentang apa yang terjadi.
Pada setiap waktu, polisi dan karyawan mereka harus mematuhi aturan terkait pencarian dan penyitaan yang diperbolehkan.
Ini berarti secara umum, jika polisi ingin mencari properti pribadi apapun, mereka harus terlebih dahulu mendapatkan surat perintah yang menunjukkan, benda-benda dijamin akan memberikan bukti yang akan membantu memecahkan kejahatan.
Penyelidikan bukan sesuatu yang tanpa cela
Penyelidikan polisi adalah bagian penting dari sistem peradilan pidana, tapi penegakan hukum bisa melakukan kesalahan, kadang-kadang menyebabkan orang yang tidak bersalah dipenjara.
Untuk itu, ada pedoman hukum yang penting, polisi harus selalu diawasi ketika menyelidiki kejahatan.
Jika Anda adalah subyek dari penyelidikan polisi, pengacara pembela yang terampil dapat memastikan hak-hak Anda dilindungi dan dapat menjadi pengawas Anda selama penyelidikan.

DNA dalam Pengungkapan Kasus

KINI dengan analisis dan teknologi deoxyribonucleic acid (DNA), kasus-kasus yang sulit terungkap menjadi lebih mudah terungkap dan terpecahkan. Seperti kita ketahui, DNA adalah bahan dasar yang membangun seluruh ciri genetik seseorang. DNA terdapat pada setiap sel manusia, dan seluruh sel memiliki DNA yang sama satu dengan yang lainnya. Misalnya, DNA yang ada pada sel kulit sama dengan DNA yang terdapat pada sel darah maupun DNA pada sel rambut dan lain sebagainya. Selain itu, DNA bersifat unik yakni setiap DNA seseorang berbeda dengan DNA orang yang lain. Karena sifat inilah DNA bisa dipakai sebagai penanda identitas individu, garis keturunan, dan etnis. DNA terdapat pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang, gigi, rambut, saliva, jantung, mukosa, urine, dan pada seluruh sel manusia.
Analisis DNA manusia bertujuan untuk mengarakterisasi DNA seseorang untuk mengidentifikasi susunan DNA-nya. Barang bukti DNA dapat diambil dari barang bukti biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh lagi. Hal ini berbeda dengan analisis sidik jari yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat bergantung pada keutuhannya. Tes DNA dapat dilakukan hanya dengan barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit. Hal ini karena digunakannya teknik yang disebut Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi polimerasi berantai.
Teknik ini ditemukan oleh seorang ahli biologi molekuler yang bernama Kary Mullis yang bertujuan untuk menggandakan atau mengamplifikasi DNA, agar memiliki DNA yang cukup jumlahnya untuk dikomparasi atau dibandingkan dalam suatu tes.
Penggunaan DNA dalam memecahkan suatu kasus dilakukan dengan membandingkan DNA tersangka dengan barang bukti DNA yang didapatkan dari tempat kejadian perkara. Hasil perbandingan tersebut dapat membantu menemukan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya, baik pada kasus kejahatan maupun dalam hal menentukan pelaku bom bunuh diri secara akurat.
Kini, terdapat beberapa teknik lainnya dalam tes DNA, di antaranya analisis DNA mitokondria. Teknik ini telah dikembangkan oleh FBI (Federal Bureau of Investigation) Amerika Serikat sejak tahun 2002, setelah penyerangan terhadap menara kembar WTC dan Gedung Pentagon. Database yang mereka kembangkan berupa profil-profil DNA berbagai suku atau etnis di dunia yang terdiri dari data forensik dan data publik.
Keunikan DNA mitokondria manusia adalah setiap anak memiliki DNA mitokondria yang sama dengan DNA mitokondria ibunya. Oleh karena itulah analisis DNA mitokondria umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi keturunan dari garis keturunan ibu (maternally linkage), dan sering pula digunakan dalam penelusuran orang hilang.
Sebagai informasi, penulis telah menganalisis DNA mitokondria pada individu-individu manusia populasi Papua dan memasukkannya pada bank data DNA seperti Genbank, EMBL, dan DDBJ.
Hal yang sangat penting dalam pemecahan kasus dengan barang bukti DNA adalah penanganan barang bukti secara tepat dan sesuai dengan prosedur standar. Hal ini penting karena mengidentifikasi, mengoleksi, dan menyimpan agar tidak terkontaminasi sehingga dapat dihindari tercampurnya DNA tersangka/pelaku dengan DNA lain.
Untuk menghindari kontaminasi barang bukti yang mengandung DNA, diperlukan beberapa prinsip kehati-hatian yang harus dilakukan oleh orang yang menanganinya. Di antaranya memakai sarung tangan, memakai peralatan yang berlainan setiap menangani barang bukti berbeda, hindari berbicara, bersin dan batuk di dekat barang bukti, hindari menyentuh wajah, hidung, dan mulut saat mengambil sampel barang bukti, serta jaga barang bukti agar tidak lembap.
Dengan adanya barang bukti berupa DNA, dapat dicapai tujuan dari pemecahan suatu kasus seperti pembuktian tindak kriminal, yaitu membuktikan seorang tersangka atas kejahatan yang telah dilakukannya, membebaskan orang yang tidak bersalah dari tuntutan hukum, membuktikan keabsahan hubungan atau ikatan keluarga dari seseorang, mengidentifikasi orang tak dikenal seperti korban perang, mempelajari populasi manusia, dan mempelajari penyakit keturunan.
Selain data milik FBI seperti yang disebutkan di atas, kini pihak kepolisian di Inggris telah menggunakan database online, yang didalamnya telah terdapat hampir 500.000 profil genetik yang dapat dibandingkan dengan barang bukti yang terdapat di TKP, sehingga memudahkan penyelidikan lebih lanjut.
Profil-profil genetik tersebut memuat DNA secara random dari warga Inggris dan warga migran lainnya, terutama mereka yang pernah menjadi pelaku kriminal dan keluarganya. Barang bukti DNA tidak hanya mengungkap suatu kasus kriminal, tetapi juga dapat membuktikan keabsahan hubungan atau ikatan keluarga.
Dengan kehidupan yang cepat berubah dewasa ini, begitu pula bentuk dan motif kriminalnya yang semakin beragam. Barang bukti berupa DNA dapat menjadi salah satu hal potensial yang digunakan para penegak hukum dalam memecahkan kasus. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat ancaman kriminalitas yang beragam, termasuk salah satunya adalah ancaman terorisme, berusaha memaksimalkan teknologi DNA untuk memecahkan kasus kriminal, sekaligus melindungi orang yang tidak bersalah terhadap tuduhan pelaku kejahatan.
Negara kita dengan tantangan penegakan hukum yang semakin tinggi, juga menggunakan teknologi DNA untuk mendapatkan suatu kepastian secara akurat, seperti dalam memastikan tersangka pelaku bom bunuh diri di Hotel J.W. Marriott dan The Ritz-Carlton, yakni Dani Dwi Permana dan Nana Ichwan Maulana. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri tetap perlu mengambil sampel darah dari keluarga orang tua pelaku untuk dilakukan pencocokan (homologi) DNA, untuk mendapatkan kepastian secara ilmiah. Ke depan, diperlukan membangun suatu database yang memuat profil-profil DNA manusia Indonesia dari berbagai suku untuk mempermudah pihak kepolisian dalam mengungkap kasus-kasus tindak kejahatan dan pelaku bom bunuh diri.
Penegakan hukum kini dibantu dengan teknologi DNA. Dengan keterkaitan dua hal tersebut, terdapat perubahan definisi mengenai tangggung jawab kriminal dan banyak lagi area hukum yang dipengaruhi oleh hadirnya teknologi ini. Penegakan hukum (law enforcement) dan keadilan yang ditujukan untuk melayani dan melindungi masyarakat kini menjadi area multidisiplin, seperti biologi molekuler, biokimia, kedokteran farmasi, teknologi komputasi, kepolisian, kependudukan, kemiliteran dan lain sebagainya.

Bermain dengan Intuisi


Suatu hari, si A dan si B memutuskan untuk membakar sampah yang sudah menumpuk di depan rumah mereka. Sampah itu terdiri dari dedaunan kering dan plastik.

Untuk membakar sampah itu, mereka membutuhkan minyak tanah. Tetapi, karena minyak tanah sukar ditemukan, mereka pun menggantinya dengan bensin.
Singkat cerita, diputuskan si A bertugas mengguyur sampah dengan bensin dan menyulutnya dengan korek api. Sementara itu, si B bertugas untuk membeli bensin eceran di pinggir jalan.
Nah, ketika si A hendak menyulut api, tiba-tiba si B menghentikannya. “Stop! Jangan dekat-dekat nyalainnya. Nanti loe kesambar apinya.”
Mendengar larangan temannya, si A tetap ngeyel. Ia tetap menyulut api dari jarak dekat.
Lantas, apa yang terjadi?
“Brusss!!!” Api menyambar apa saja yang ada di depannya! Untung si A masih sempat menghindar. Meskipun terpental, yang terpenting ia tidak ikut tersambar kobarannya dan hanya luka sedikit di pergelangan kaki akibat terjatuh.
“Kan sudah dibilangin, jangan dekat-dekat. Dikasih tau ngeyel!” Demikian reaksi si B seketika melihat temannya jatuh tersungkur.
“Haduuuuuh, sakit, nih, kaki gue. Barusan serem amaaaat!! Tapi, ngomong-ngomong, kok, bisa nyambar, ya, apinya?” tanya si A penasaran.
“Ga tau. Tapi, seringnya gitu, sih, kalo bakar bensin,” jawab si B asal-asalan.
Nah, dari cerita di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?
Yup! Tepat! 100% tepat! Inti cerita di atas adalah DAHSYATNYA INTUISI! Dalam cerita itu, apa yang mendorong si B melarang si A menyulut api dari jarak dekat adalah intuisinya. Ketika melihat si A hendak menyulut api, tiba-tiba terbersit FIRASAT BURUK di hati si B. Firasat itu menyuruhnya mencegah si A menyulut api dari jarak dekat.
Rupanya, firasat itu tepat! Andai saja si A mendengarkan si B, maka ia terhindar dari semburan api dan tak perlu menahan sakit karena luka di kakinya. Tetapi, si A tidak menghiraukan larangan itu. Akibatnya, ia terluka di kaki lantaran terpental.
Hebat sekali, bukan, kekuatan firasat alias intuisi?! Berkat intuisi, si B mampu meramalkan apa yang bakal terjadi pada temannya. Berkat intuisi, si B mengambil keputusan yang tepat, yaitu mencegah temannya menyulut api dari jarak dekat.
Memang, sudah menjadi rahasia umum intuisi saaaaangat dahsyat. Anda tentu sudah tahu itu sejak dulu. Tetapi, pertanyaannya, bagaimana cara memperoleh intuisi? Mengapa intuisi si B kuat dibanding si A? Mengapa orang-orang tertentu memiliki intuisi yang tajam, sedangkan Anda tidak?
Untuk menjawabnya, pertama kita harus tahu apa sebenarnya intuisi itu. Kita harus tahu apa sumber intuisi, bagaimana intuisi muncul, dan apakah intuisi selalu benar atau kadang-kadang salah. Dari situ, kita pun tahu cara mempertajam intuisi kita.

Apa Itu Intuisi?

Artikel yang berjudul Kekuatan Pikiran Anda Itu Bernama Intuisi! menjawab 4 pertanyaan di atas. Dalam artikel itu, dijelaskan pengertian intuisi menurut para pakar psikologi. Menurut para pakar, intuisi adalah pengetahuan yang muncul secara tiba-tiba tanpa proses pemikiran. Untuk mendapatkan intuisi, Anda tidak perlu berpikir. Intuisi bak jelangkung: Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Heheheh. Maksudnya, Anda tidak perlu memanggilnya. Ia muncul begitu saja ketika Anda membutuhkannya. Dan, saat tiba-tiba intuisi muncul, Anda dapat bersandar kepadanya. Artinya, Anda dapat mengandalkannya untuk membuat keputusan.

Seberapa Dahsyat Intuisi?

Cerita “Membakar Sampah” di atas merupakan salah satu contoh bagaimana kita menggunakan intuisi untuk membuat keputusan. Sebenarnya, baaaaaanyak sekali kisah menarik yang menggambarkan sepak terjang intuisi yang dahsyat. Sebut saja kisah seorang pembalap yang selamat dari kecelakaan lantaran intuisinya. Ada juga kisah pemadam kebakaran yang terhindar dari gedung runtuh berkat intuisinya.
Namun demikian, di balik kedahsyatan intuisi, terkadang, ia tidak luput dari kekeliruan. Firasat/intuisi tidak selalu tepat! Setidaknya, begitulah menurut Daniel Kahneman, pakar psikologi yang banyak meneliti kelemahan intuisi. Kahneman menjelaskan bahwa intuisi kadang menyesatkan, terutama jika sumber intuisi berasal dari bias atau heuristik.

Apa Saja Sumber Intuisi dan Bagaimana Mekanisme Kemunculannya?

Sumber intuisi yaitu pengalaman masa lalu. Pengalaman itu tersimpan di dalam pikiran bawah sadar. Saat kita menghadapi masalah yang pelik, gambaran tentang pengalaman itu bisa tiba-tiba muncul ke permukaan (ke pikiran sadar). Selanjutnya, gambaran itu dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi Anda. Anda dapat memanfaatkan gambaran itu untuk membuat keputusan.
Selain pengalaman masa lalu, pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman orang lain juga dapat menjadi sumber intuisi. Jadi, apabila Anda tidak berpengalaman dalam pemadaman kebakaran, Anda masih mungkin memiliki intuisi/firasat yang berkenaan dengan peristiwa kebakaran. Kuncinya, Anda banyak belajar dari pengalaman petugas pemadam kebakaran.
Sumber intuisi selanjutnya yaitu bias. Apa itu bias? Bias adalah cara berpikir yang menyimpang dan tidak objektif. Pikiran yang dihasilkan lewat bias biasanya menyimpang dari kenyataan. Jikalau ia sesuai kenyataan, maka hal itu hanyalah kebetulan.
Bagaimana bisa menjadi intuisi? Bias menjadi intuisi manakala bias menjadi kebiasaan berpikir kita. Karena kita terbiasa berpikir dengan bias, maka interpretasi (tentang pengalaman yang kita lalui) yang tersimpan di dalam bawah sadar pun mengandung bias. Selanjutnya, interpretasi yang mengandung bias itu bisa muncul sewaktu-waktu ke permukaan (pikiran sadar) saat kita menjumpai situasi yang mirip dengan pengalaman itu. Saat ia muncul ke permukaan, maka saat itulah ia menjadi intuisi.
Terakhir, heuristik juga bisa menjadi sumber intuisi kita. Heuristik sama artinya dengan asumsi atau dugaan. Dan, karena ia hanya dugaan, kadang-kadang tepat, tetapi tak jarang juga meleset. Seperti bias, heuristik bisa bermacam rupa. Contoh, trial and errorrule of the thumbshortcut, dan masih banyak lagi.
Heuristik bisa mnejadi sumber intuisi manakala kita terbiasa berpikir dengan metode berpikir ini, terbiasa membuat asumsi, melakukan trial dan error, dan mempercayai rule of the thumb. Karena terbiasa berpikir dengan heuristik, maka intuisi yang muncul pun berasal dari heuristik.

Bagaimana Cara Memanfaatkan Intuisi untuk Membuat Keputusan?

Gary Klein, pakar psikologi yang banyak mengungkap kedahsyatan intuisi memberikan contoh yang saaaangat menarik tentang bagaimana seseorang menggunakan intuisi (berupa gambaran tentang pengalaman di masa lalu) untuk membuat keputusan.
Diceritakan, Klein memiliki teman seorang mantan kolonel angkatan laut. Sebut saja namanya Mr. X.
Suatu hari, Mr. X mengunjungi latihan angkatan laut. Meskipun sudah pensiun, ia tetap diijinkan untuk melihat latihan itu.
Dalam latihan itu, para tentara dilatih untuk mengawasi kedatangan tank musuh dan melaporkannya kepada atasan mereka sedemikian sehingga sang atasan dapat mengambil keputusan untuk menyerang.
Singkat cerita, Mr. X ikut mengamati medan. Seperti tentara yang sedang berlatih, ia menunggu kedatangan tank musuh. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah tank menuruni lembah. Melihat kejadian itu, tiba-tiba terbersit firasat dalam hatinya. Firasat itu mengatakan ada yang janggal dengan kedatangan tank tersebut. Lantas, ia pun bergumam dalam hati, “Tak mungkin musuh hanya mengirim satu tank. Biasanya mereka datang bergerombol. Paling tidak ada dua tank. Pasti mereka merencanakan sesuatu.”
Dia terus mengawasi kedatangan tank berikutnya. Tetapi, yang ditunggunya tak kunjung datang. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa tank kedua bersembunyi di suatu tempat. Ia lantas memicingkan mata, mencari-cari keberadaan tank yang bersembunyi itu. Dan, akhirnya, ia pun menemukannya.
“Kena kau!” gumamnya dalam hati, mengumpati tank kedua yang ditemukannya.
Nah, karena firasat itu, Mr. X mengetahui bahwa tank yang datang bukan hanya satu. Pengetahuan itu memberikannya pemahaman bahwa ia dan pasukannya tidak boleh meremehkan kedatangan musuh.
Dari kisah Mr. X di atas, Anda paham bagaimana ia menggunakan intuisi/firasat untuk membuat keputusan?
Pertama, ia melihat kejadian (kedatangan satu tank dari balik bukit).
Kedua, kejadian itu mengingatkannya pada peristiwa yang sering dialaminya. Peristiwa apa itu? Peristiwa kedatangan tank musuh yang dulu sering ia amati saat masih menjadi angkatan laut.
Ketiga, ia membandingkan peristiwa sekarang dengan pengalaman masa lalunya itu.
Empat, dari perbandingan itu, diperoleh kesimpulan bahwa kejadian yang ia lihat sekarang berbeda dengan kejadian yang sering dialaminya. Menurut pengalaman masa lalunya, tank tak pernah datang sendirian; Tank selalu datang bergerombol.
Kelima, karena perbedaan itu, ia pun menyimpulkan ada yang tidak beres dengan kedatangan tank yang ia lihat sekarang.
Keenam, kesimpulan itu mendorongnya untuk mengambil keputusan. Apa keputusan yang diambilnya? Keputusan yang diambilnya yakni ia harus memastikan jumlah tank yang datang. Ia harus berjaga-jaga kalau-kalau tank lainnya muncul. Ia dan pasukannya tak boleh terlena.
Kira-kira, seperti itulah mekanisme munculnya intuisi dan cara menggunakannya untuk membuat keputusan.

Syarat Intuisi

Di artikel yang berjudul Kekuatan Pikiran Anda Itu Bernama Intuisi!, dijelaskan bahwa agar Anda memiliki intuisi yang tajam dalam suatu bidang, Anda harus terlebih dulu memiliki banyak pengalaman dalam bidang itu. Semakin banyak pengalaman yang Anda miliki, maka semakin tajam intuisi Anda dalam bidang tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman Anda, semakin lemah pula intuisi Anda dalam bidang itu. Atau bahkan, Anda tidak memiliki intuisi sama sekali dalam bidang itu.
Seseorang yang baru pertama kali melihat tank di medan tempur tidak mungkin memiliki firasat buruk tentang medan perang. Seorang yang baru pertama kali membakar bensin tidak akan memiliki firasat buruk ketika ia membakar bensin. Orang yang baru pertama kali terjun di arena balapan tidak mungkin memiliki firasat yang berhubungan dengan balapan. Dan, bayi umur tiga tahun yang belum banyak pengalaman hidup, tidak mungkin memiliki firasat buruk tentang dirinya dan keluarganya.

Pengalaman Orang Lain

Nah, untuk melengkapi penjelasan itu, dalam artikel ini penulis tambahkan bahwa meskipun Anda tidak memiliki banyak pengalaman dalam suatu bidang, Anda masih dapat memiliki intuisi dalam bidang itu. Caranya yaitu dengan belajar dari pengalaman orang lain.
Cara ini didasarkan pada metode CTA (Cognitive Task Analysis) yang digunakan oleh Gary Klein untuk mengumpulkan petunjuk (yang menjadi intuisi) yang diperoleh dari para ahli, di mana petunjuk yang terkumpul dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi tenaga kerja baru. Tujuannya, supaya tenaga kerja baru tahu apa yang harus mereka lakukan ketika menjumpai situasi yang mirip dengan petunjuk-petunjuk itu di lapangan.
cara mempertajam intuisi
Contoh, di UPIN (Unit Perawatan Intensif Neonatal) sebuah rumah sakit, sejumlah perawat memiliki intuisi yang tajam tentang keadaan bayi yang dirawat. Entah bagaimana caranya, mereka tahu tanda-tanda saat seorang bayi terserang penyakit.
Terkesima dengan kemampuan intuitif itu, tim Klein lantas mewawancarai para perawat satu-persatu. Mereka menanyakan apa saja tanda-tanda bayi terserang penyakit. Selanjutnya, setelah terkumpul semua informasi tentang tanda-tanda itu, mereka lantas menyampaikan informasi tersebut kepada para perawat baru, yang belum berpengalaman.
Dengan demikian, para perawat baru mampu memanfaatkan informasi itu (informasi tentang tanda-tanda bayi terserang penyakit) untuk memeriksa kesehatan bayi yang dirawatnya. Metode CTA memungkinkan perawat baru memiliki intuisi yang memadai tentang kondisi kesehatan bayi.
Nah, Anda pun dapat mengaplikasikan metode CTA secara mandiri untuk memperluas wawasan Anda tentang suatu bidang. Siapa tahu, wawasan itu nantinya berguna bagi Anda. Siapa tahu, wawasan itu dapat menjadi sumber intuisi bagi Anda dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah.

Cara Mempertajam Intuisi menurut Para Pakar

Setelah mengetahui definisi intuisi, apa saja sumber intuisi, bagaimana intuisi muncul, dan bagaimana menggunakan intuisi, sekarang, yuk, beranjak pada cara mempertajam intuisi. Cara-cara ini di dasarkan pada temuan para pakar mengenai intuisi sebagaimana dijelaskan di atas.

1. Pengalaman

Agar intuisi Anda semakin tajam, perkaya diri Anda dengan pengalaman. Semakin berpengalaman Anda, maka semakin tajam intuisi Anda. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman Anda, semakin lemah pula intuisi Anda. Atau, Anda sama sekali tak memiliki intuisi dalam bidang itu.
Memperbanyak pengalaman juga bisa dilakukan dengan cara rutin berlatih. Seorang grand master catur menjadi grand master lantaran rutin berlatih. Semakin rutin berlatih, semakin kaya perbendaharaannya mengenai berbagai macam posisi catur, maka semakin tajam pula intuisi mereka dalam permainan itu. Menurut William G. Chase dan Herbert A. Simon (pakar dari Carnegie-Mellon University), seorang grand master catur mampu mengingat setidaknya 50.000 hingga 100.000 pola/posisi. Dengan perbendaharaan pola sebanyak itu, mereka mampu mengidentifikasi langkah yang tepat tanpa perlu memperhitungkan semua kemungkinan yang ada.
Lantas, berapa banyak waktu yang mereka butuhkan untuk mengumpulkan dan menyimpan 50.000-100.000 pola permainan catur di dalam pikiran bawah sadar? Setidaknya 10 tahun!
Bayangkaaaan! 10 tahun!!!
Anda pun dapat menjadi grand master dalam bidang yang Anda minati. Caranya, rutin berlatih seperti grand master catur. Semakin sering Anda berlatih, semakin kaya berbendaharaan pengalaman dalam pikiran bawah sadar Anda, maka semakin tajam intuisi Anda dalam bidang itu.

2. Belajar

Selain pengalaman diri sendiri, Anda juga perlu belajar dari pengalaman orang lain. Dalam bidang apa Anda ingin memiliki intuisi yang kuat? Tekuni bidang itu dan pelajari semua hal di dalamnya. Banyak-banyaklah membaca buku yang berkaitan dengan bidang itu.

3. Atur Fokus

Always remember, your focus determines your reality.”
-George Lucas
Sebagaimana nasihat di atas, Anda harus berhati-hati dengan fokus Anda. Jangan sampai fokus Anda menyimpang.
Apa contoh fokus yang menyimpang? Contohnya:
Suatu hari, Anda memeriksakan anak Anda ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter bertanya kepada Anda, “Umurnya berapa, Pak?” dan, Anda pun menjawab, “45 tahun.” Padahal, yang ditanya sang dokter adalah umur anak Anda, bukan umur Anda. Haha….
Dalam contoh itu, fokus Anda keliru. Anda berfokus pada diri Anda sendiri, bukan pada anak Anda. Padahal, yang akan diperiksa dokter adalah sang anak. Akibat salah fokus, informasi yang Anda berikan ke dokter pun salah.
Lantas, bagaimana jadinya jika fokus Anda sering keliru? Bagaimana jadinya jika fokus Anda menyimpang, tidak sesuai kepentingan Anda? Maka, informasi yang Anda serap pun tidak relevan alias tidak sesuai kebutuhan Anda.
Informasi yang tidak relevan itu masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan menjadi sumber intuisi Anda! Dan, saat informasi itu muncul ke permukaan (menjadi intuisi), maka ia memberikan petunjuk yang justru menyesatkan Anda!
Untuk itulah, untuk mempertajam intuisi Anda, biasakan mengatur fokus sedemikian sehingga sesuai kepentingan Anda.

4. Hindari Bias dan Heuristik

Terakhir, hindari kebiasaan berpikir dengan bias dan heuristik. Mengapa? Meskipun bias dan heuristik kadang tepat, tetapi tak jarang juga dua metode berpikir itu menyesatkan. bagaimana bias dan heuristik menyesatkan Anda. bahwa bias dan heuristik dapat menyesatkan Anda sedemikian sehingga Anda tidak mampu memahami kenyataan. Bias dan heuristik juga mendorong Anda membuat keputusan yang keliru. Bahkan, bias juga membuat Anda stres dan membuat anak Anda pesimis belajar. 

 

Buku Tamu

Recent posting

Recent comment